Januari 04, 2012

AQUACULTURE BIOINFORMATIC

ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF BACTERIAL SYMBIONTS OF SOFTCORAL Sinularia sp. AGAINST PATHOGENIC RESISTANT BACTERIA

Staphylcoccus aureus merupakan bakteri gram positif, bakteri ini  merupakan patogen bagi manusia yang dapat mengakibatkan keracunan apabila terkonsumsi, dan dapat menyebabkan infeksi seperti infeksi kulit, pneumonia, meningitis endokarditi, atau sepsis surpuration pada organ – organ. Escherichia coli dan Enterobacter sp. adalah anggota dari keluarga Enterobacteriaceae. E. coli, spesies jenis enterics.
E. coli  biasa ditemukan diusus manusia, Enterics. E.coli  biasanya digunakan sebagai indikator  pencemaran tinja pada pasokan air minum, kolam pantai, makanan dan sebagainya.
Bakteri E. Coli paling sering dipelajari dari semua organisme dalam biologi karena kejadian alami dan kemudahan serta kecepatan tumbuh bakteri di laboratorium. E. coli menyebabkan infeksi saluran usus atau infeksi saluran kemih tanpa komplikasi dan neonatal meningitis.
Organisme laut dari ekosistem terumbu karang menjadi sumber yang sangat menarik untuk produk kimia alami, karena sumber daya ini  menyediakan sebagian besar metabolit bioaktif dengan kegiatan biologis yang berbeda, secara khusus, invertebrata laut dengan spesies yang tinggi keanekaragaman di terumbu karang tropis sering kaya metabolit sekunder dan preferensial dalam mencari produk-produk alami bioaktif. karakterisasi bakteri simbion karang lunak Sinularia sp. memiliki aktivitas antibakteri terhadap obat medis multi-bakteri patogen resisten (MDR) (S. aureus, E. coli, dan Enterobacter), yang ditandai dengan menggunakan pendekatan 16S rDNA. Tes Antibakteri dari simbion bakteri terhadap bakteri patogen resisten dilakukan dengan menggunakan metode overlay. Patogen bakteri resisten (S. aureus, E. coli, Enterobacter sp.).

Sumber : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/coastdev/article/view/935/795\

Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas akhir mata kuliah Teknologi Informatika.

Desember 30, 2011

BIOINFORMATIC of AQUACULTURE

Kembali lagi mengulas tentang bioinformatic, setelah saya baca dapat saya simpulkan jurnal ini.

 karateristik DNA akibat terjadi suatu serangan infeksi oleh suatu penyakit tertentu pada organ ikan dapat dilihat pula berdasarkan profile DNA-nya, DNA yang terisolasi dan terfragmentasi dengan menggunakan enzim restriksi EcoRI memberikan informasi tingkat dasar bahwa adanya suatu induser.

karya ilmiah ini di tulis untuk memenuhi tugah mata kuliah Teknologi Informasi.

Desember 16, 2011

Sistem Informasi Geografis dan Pengindraan Jauh Perikanan

Apa itu Penginderaan Jauh. . . . ? ? ?
dan
Apa juga Sistem Informasi Geografis itu. . . . ? ? ?
Kata – kata itu sepertinya masih asing di dengar.... LLL
Disini akan saya coba membahas dan menerangkan apa itu pengideraan jauh dan sistem informasi geografis. JJJ
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis
            Penginderaan jauh(inderaja) secara umum didefinisikan sebagai teknik untuk mengumpulkan data dan informasi dari suatu objek atau fenomena, yang pengukurannya dilakukan dengan suatu alat tanpa kontak lansung dengan objek atau fenomena yang dikaji. Alat yang digunakan berupa sensor, sedangkan data yang didapat dari hasil rekaman kenampakan di bumi disebut citra. Sedangkan,
Sistem Informasi Geografis dapat diartikan sebagai seperangkat sistem yang berfungsi untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil, menganalisis/menipulasi, dan menyajikan data spasial yang berasal dari bumi(geo-referensi) untuk mencapai tujuan tertentu.
Inderaja dengan sumber data Sistem Informasi Geografis(SIG) memiliki keunggulan sebagai berikut :
·         Data yang dihasilkan berupa format digital.
·         Dapat mementau suatu daerah kajian secara berulang – ulang.
·         Dapat mencakup lokasi ajian yang luas.
·         Analisa inderaja bisa menghasilkan berbagai data yang bermanfaat yang sulit diperoleh data lapangan.

Sumber :
Radiarta, I Nyoman. 2006. Pemanfaatan Pengideraan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Untuk Manajemen Sumber Daya Perikanan Budidaya di Indonesia. isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/31088191.pdf  (15 Desember 2011).

Karya ilmiah ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Informasi. 

Desember 02, 2011

Plankton yang mengeluarkan racun.

Nocticulla
Nocticulla merupakan plankton holozoik dari filum Pyrophyta (Dinoflagellata) dan merupakan kompetitor makanan bagi ikan. Nocticulla bersifat kosmopolit dan hanya terdapat satu jenis yaitu N malliaris. Nocticulla juga merupakan zooflagellata dapat memakan diatom yang merupakan produsen primer yang terpenting. Karena nya dimana terdapat banyak Nocticulla akan banyak ikan berkurang. Nocticulla juga tidak disukai banyak ikan dan makrozooplankton.
makrozooplankton tidak memakan Nocticulla karena bentuknya seperti bola dengan diameter 1-1,5 mm. Nocticulla selain dapat mematikan juga sebagai kompetitor makanan.
Nocticulla sering dijumpai ditambak yang salinitas airnya sama dengan laut. Umumnya Nocticulla terdapat dipantai tropis yang subur di seluruh dunia.
Nocticulla memiliki keistimewaan karena dapat bersinar (fosforescen) bila bersinggungan dengan udara. Selain itu Nocticulla memiliki simbion dapal tubuhnya yang berupa alga hijau (Cryptophyceae) yang diberi nama zooxanthellae. Simbion alga yang hidup di dalam hewan air tawar diberi nama zoochlorella. Nama ini sering tidak cocok karena  simbion bukan chlorella tapi jenis alga lain. Laut disekitar pasar ikan sering terlihat berwarna biru karena banyak mengandung zooxanthellae yang terdapat dalam Nocticulla pada waktu mengalami blooming. Laut di pantai yang mengalami hijau biru yang disebabkan simbion Nocticulla sudah terkenal diseluruh dunia.
Nocticulla selalu ada di perieran Teluk Jakarta dan Jepara, walaupun tidak dalam kondisi blooming. Blooming Nocticulla menandai perairannya sangat subur tetapi tidak disukai oleh ikan.


Sumber : Terminologi Plankton.pdf

November 20, 2011

Bioteknologi dalam Aquakultur


Bioteknologi.....??
kalimat tersebut biasanya tak asing dalam bidang pertanian.
Modifikasi genetik yang mengarah pada perubahan genetik organisme yang tidak ditemukan di alam, termasuk hibrida (keturunan orang tua dari spesies yang berbeda).

Bagaimana ya kalo bioteknologi itu kita aplikasikan kedalam bidang budidaya perikanan....??
Pengembangan ikan transgenik menggunakan teknik DNA rekombinan untuk memasukkan materi genetik dari satu organisme ke dalam genom ikan atau organisme air lainnya. Pertama, ikan bertelur dalam jumlah besar dan telur lebih mudah dimanipulasi, sehingga memudahkan untuk memasukkan DNA baru ke dalam telur ikan. Kedua, budidaya merupakan salah satu sektor yang memproduksi makanan tercepat.Dengan perkembangan teknologi di setiap bidang (termasuk akuakultur), peluang penelitian dengan menggunakan teknik-teknik terbaru pun muncul dan hal ini membangkitkan pula industri  bioteknologi dewasa ini.

Sumber ::


http://akuakultur.wordpress.com/2006/12/12/bioteknologi-dalam-akuakultur/
               

Artikel ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Informasi

November 12, 2011

national center of biotechnology information


National Center of Biotechnology Information


Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton pertahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif) dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 5,12 juta ton pertahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari.
Di samping itu juga terdapat potensi perikanan lain yang berpeluang untuk dikembangkan, yaitu:
a)      perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta ha memiliki potensi produksi 0,9 juta ton per tahun;
b)      budidaya laut yang meliputi budidaya ikan, budidaya moluska dan budidaya rumput laut;
c)      budidaya air payau dengan potensi lahan pengembangan sekitar 913.000 ha;
d)     budidaya air tawar meliputi budidaya di perairan umum, budidaya di kolam air tawar dan budidaya mina padi di sawah; serta
e)      bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri farmasi, kosmetik, pangan, pakan dan produk-produk non-konsumsi.
(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2005).

TEKNOLOGI PRODUKSI

Secara garis besar produksi perikanan dapat dilakukan melalui usaha penangkapan dan usaha budidaya dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada, yang diikuti dengan usaha pengolahan, baik yang berupa industri rumah tangga maupun industri besar

(a) Perikanan Tangkap
Teknologi yang diperlukan untuk mendukung operasi penangkapan ikan,
terutama di laut adalah:
1. Teknologi untuk penyediaan informasi yang akurat tentang posisi gerombolan ikan
(fishing   ground) yang didistribusikan kepada industri penangkapan ikan secara berkala untuk mengefisienkan operasi penangkapan.
2. Teknologi rumpon yang lebih efektif di dalam menarik ikan agar berkumpul dibandingkan dengan teknologi yang ada saat ini, sehingga usaha penangkapan akan lebih efisien.
3. Teknologi/alat tangkap dengan tingkat selektifitas yang tinggi dan alat tangkap yang dapat dioperasikan untuk eksploitasi ikan laut dalam
4. Teknologi penanganan atau penyimpanan hasil tangkap di atas kapal yang baik, dengan pendinginan atau pembekuan, yang memungkinkan penerapan cold chain system, sehingga pembuangan ikan sia-sia karena kerusakan atau penurunan mutu gizi akibat kemunduran mutu ikan dapat dihindarkan.
5. Disain kapal yang memenuhi persyaratan sanitasi dan higiene untuk menjamin mutu dan keamanan hasil tangkapan.

(b) Perikanan Budidaya
Dukungan teknologi yang diperlukan bagi pengembangan perikanan budidaya untuk pemenuhan gizi masyarakat adalah:
1. Sistem budidaya, perlu dikembangan sistem yang lebih efisien dan efektif mengingat biaya input budidaya yang cenderung meningkat, seperti penggunaan pakan buatan
2. Teknologi budidaya untuk komoditas baru yang digemari oleh masyarakat, seperti cumi-cumi
3. Teknologi perbenihan, khususnya untuk lebih memberi memudahkan bagi masyarakat di dalam mendapatkan benih, seperti yang telah dikembangkan di Gondol (Bali) backyard hatchery untuk benih bandeng. Teknologi pemuliaan diperlukan untuk mendukung teknologi perbenihan ini, mengingat semakin menurunnya mutu genetik ikan dewasa ini.
4. Teknologi pakan/nutrisi. Pembuatan pakan ikan selama ini lebih banyak mengandalkan tepung ikan sebagai sumber protein, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan tepung ikan masih harus diimpor. Oleh karena itu perlu dikembangkan sumber protein alternatif, seperti misalnya memanfaatkan maggot yang dikembangbiakkan dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit. Teknologi produksi artemia, yang digunakan untuk pakan benih ikan dan udang, perlu dikembangkan karena selama ini masih diimpor.
5. Teknologi deteksi dan pencegahan penyakit. Penggunaan PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk diagnosis penyakit ikan dan udang secara cepat perlu lebih dikembangkan.
6. Peningkatan mutu melalui rekayasa genetika (reproduksi, pertumbuhan, mutu dan warna daging, efisiensi pakan, ketahanan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan.

Sumber : www.litbang.deptan.go.id/special/HPS/dukungan_tek_perikanan.pdf